Overstatement menurut bahasa adalah pernyataan yang
berlebih-lebihan. Overstatement di bidang ekonomi contohnya dalam
penyesuaian inflasi terhadap harga pokok penjualan dan beban depresiasi
dirancang untuk menentukan laba, seperti dilaporkan agar tidak terjadi
overstatement laba. Meskipun begitu akibat hubungan negatif antara inflasi
lokal dan nilai valuta, perubahan kurs antara laporan keuangan saru dengan
laporan keuangan yang lain yang berurutan , yang umumnya diakibatkan oleh
inflasi (paling tidak selama satu periode tertentu), akan menyebabkan
perusahaan merefleksikan paling tidak sebagian dampak inflasi (yaitu,
penyesuaian-penyesuaian ganda, kerugian translasi yang telah tercermin dalam
laba seperti dilaporkan sebuah perusahaan harus diperhitungkan sebagai bagian
dari penyesuaian inflasi.
Inflasi adalah suatu keadaan di mana harga barang-barang
secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama
terus-menerus. Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai dari waktu-waktu
sebelumnya dan berlaku di mana-mana dan dalam rentang waktu yang cukup lama
Dapat disebut inflasi jika ada tiga faktor yaitu :
1. Kenaikan harga
2. Bersifat umum
3. Berlangsung
terus-menerus
Kenaikan harga
Harga barang dapat di katakan naik jika harganya menjadi
tinggi dari harga sebelumnya. Contohnya harga BBM yaitu Rp35,00/ltr pada mingu
lalu, sedangkan pada minggu ini harga BBM menjadi Rp45,00/ltr lebih mahal dari
minggu kemarin.
Sifatnya umum
Kenaikan harga suatu barang tidak dapat di katakan inflasi
jika naiknya barang tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum .
Contohnya : jika harga BBM naik maka ongkos angkutan umum,bahan-bahan pokok
menjadi naik ini baru bisa disebut inflasi.
· Berlangsung terus-menerus
Naiknya harga suatu barang tidak dapat di katakan inflasi
jika naiknya barang tersebut terjadinya hanya sesaat, inflasi itu dilakukan
dalam rentang minimal bulanan.
Ada beberapa faktor masalah sosial yang muncul dari inflasi
yaitu :
1. Menurunya tingkat kesejahteraan rakyat
2. Memburuknya distribusi pendapatan
3. Terganggunya stabilitas ekonomi.
1. Menurunya tingkat kesejahteraan rakyat
2. Memburuknya distribusi pendapatan
3. Terganggunya stabilitas ekonomi.
JENIS JENIS INFLASI
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
Menurut tingkat keparahan atau laju inflasi, meliputi:
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
Menurut tingkat keparahan atau laju inflasi, meliputi:
1)
|
Inflasi Ringan (Creeping Inflation)
Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10% setahun |
2)
|
Inflasi Sedang
Inflasi yang tingkatannya berada diantara 10% - 30% setahun |
3)
|
Inflasi Berat
Inflasi yang tingkatannya berada diantara 30% - 100% setahun |
4)
|
Hiper Inflasi
Inflasi yang tingkat keparahannya berada di atas 100% setahun. Hal ini pernah dialami Indonesia pada masa orde lama. |
Ada pun Jenis-jenis
inflasi, berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang
berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut :
1. Inflasi tarikan pemerintah
2. Inflasi desakan biaya
3. Inflasi diimpor
· Inflasi
Tarikan Pemerintah
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian
berkembang dengan pesat.Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan pendapatan
tinggi yang selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi
mengeluarkan barang dan jasa.Pengeluaran ini dapat menimbulkan inflasi.
Disamping dalam masa perekonomian berkembang pesat , inflasi
tarikan permiantaan juga bisa bersalu pada masa ketidakstabilan politik yang
terus menerus.Dalam masa seperti ini pemerintah belanja jauh melebihi pajak
yang di pungutnya.Untuk membiayai kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah
terpaksa mencetak uang atau meminjam dari bank sentral. Pengeluaran pemerintah
agregat akan akan mewujudkan melebihi kemampuan ekonomi tersebut menyediakn
barang dan jasa.Maka keadaan ini inflasi.
· Inflasi
Desakan Biaya
Inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian berkembang
dengan pesat ketika tingkat pengangguran adalah rendah.Apabila perusahan –
perusahan masih menghadapi permintaan yang bertambah , mereka akan berusaha
menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi
kepada pekerjanya dan
mencari pekerja baru dengan tawaran dengan pembayaran gaji
dan upah yang tinggi ini.Langkah ini menyebabkan biaya produksi meningkat yang
akhirnya menyebabkan kenaikan harga – harga berbagai barang.
· Inflasi
Di Impor
Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga – harga
barang yang di impor.Inflasi ini akan wujud apabila barang – barang yang
diimporyang mengalami kenaikan harga mempunyai persanan yang penting dalam
kegiatan pengeluaran perusahaan – perusahaan.Satu contoh hal yang nyata dari
inflasi ini adalah efek kenaikan harga minyak dalam tahun 1970an kepada
perekonomian Negara – Negara barat pengimpor barang lainnya.Minyak penting
artinya dalam proses proses barang – barang industri.Maka kenaikan harga minyak
tersebut menaikkan biaya produksi , dan kenaikan biaya produksi mengakibatkan
kenaikan harga –harga.
Stagflasi adalah suatu kondisi suatu perekonomian mengalami
inflasi dan stagnasi dalam waktu yang bersamaan. Stagnasi adalah suatu keadaan
di mana tingkat pertumbuhan ekonomi adalah sekitar 0% per tahun.Contoh lain
dari peristiwa ini stagflasi adalah keadaan dalam ekonomi Indonesia sesudah
krisis ekonomi asia pada tahun 1997. Pada tahun berikutnya pendapatan nasional
Indonesia menurun sebesar 13 persen, penganguran mengalami kenaikan yang sangat
nyata dan tingkat inflasi mencapai 70 persen .Stagflasi ini berlaku sebagai
akibat kemerosatan nilai rupiah yang sangat besar dan ketidakstabilan politik
yang ditimbulkan oleh penurunan nilai mata uang yang dratis tersebut.
Jenis-jenis inflasi berdasarkan persentasi atau nominal
digit inflasinya, dapat
dibedakan kedalam :
Moderate Low Inflation (inflasi 1 digit) misalnya 1%
s.d 9%, biasanya orang masih percaya dan memiliki daya beli dan juga nilai mata
uang masih berharga.
Galloping Inflation (inflasi dua digit) misalnya 10%
s.d 99%, dimana orang mulai ragu, daya beli menurun, nilai mata uang menjadi
semakin menurun.
Hyper Inflation (inflasi tinggi diatas 100%) adalah
proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga
menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam jangka waktu yang singkat, keadaan
seperti ini orang-orang sudah tidak percaya pada mata uang. Dimana nilai
nominal uang jadi tidak berharga jika situasi ini terjadi maka pemerintah
melakukan Senering yaitu pemotongan nilai uang.
Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa
faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi:
a. DemandPull Inflation
a. DemandPull Inflation
Timbul
apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi
produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran
dan pennintaan agregat.
b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation
b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama
periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif.
Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi
tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation
tetapi juga dipengaruhi oleh :
a) Domestic Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri.
b) Imported Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu atu gabungan dari dua masalah berikut :
a) Domestic Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri.
b) Imported Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu atu gabungan dari dua masalah berikut :
Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan
perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Pekerja-pekerja diberbagai kegiatan ekonomi menuntut
kenaikan upah.
Disamping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari
: Pertama, kenaikan harga-harga barang yang diimpor. Kedua,
penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti pertambahan produksi
dan penawaran barang. Ketiga, kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat
pemerintah yang kurang bertanggung jawab.
Akibat-akibat buruk dari inflasi beragam seperti
pengangguran yang kian bertambah, menurunkan taraf kemakmuran masyarakat dimana
upah riil para pekerja akan merosot sehingga taraf hidupnya pun akan menurun.
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk jika
inflasi tidak dapat dikendalikan atau diatasi. Inflasi yang bertambah serius
tersebut cenderung akan mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor
dan menaikan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Tujuan
jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku
berada pada tingkat yang sangat rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat
dengan tiba-tiba sebagai akibat suatu peristiwa tertentu ysng berlaku diluar
ekspektasi pemerintah misalnya depresiasi nilai uang yang sangat besar atau
keadaan politik yang tidak stabil.
Inflasi Merayap
Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang
lambat jalnnya.Yang di golongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga
yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun.
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat
cepat , yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipay
dalam masa yang singkat . Di Indonesia sebagi contoh , pada tahun 1965 tingkat
inflasi adalah 500 persen dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen.dan
inflasi seperti ini di golongkan sebagai inflasi sederhana atau moderate
inflation.
Inflasi Merayap dan Pertumbuhan Ekonomi
Segolongan ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi merayap
adalah diperlukan untuk menggalakkan perkembangan ekonomi.Menurut mereka harga
barang pada umumnya naik dengan tingkat yang lebih tinggi dari kenaikan
upah.Maka dalam inflasi merayap upah tidak berubah atau naik dengan tingkat
yang lebih rendah dari inflasi.sebagai akibatnya kenaikan harga-harga yang
berlaku terutama mengakibatkan pertumbuhan dalam keuntungan
perusahaan-perusahaan.Untung yang sangat besar akan menggalakkan pertambahan
investasi.
Penanggulangan
BANK SENTRAL
peran bank sentral sangat berpengaruh
Bank
sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral
suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat
yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen
dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar
bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi
menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen, salah satunya disebabkan
intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk
mendorong perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
CARA MENGATASI INFLASI
Usaha
untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari penyebab terjadinya
inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara teoritis untuk mengatasi
inflasi relatif mudah, yaitu dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi
jumlah uang yang beredar. Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi
inflasi:
1. Kebijakan Moneter, segala kebijakan pemerintah di
bidang moneter dengan tujuan menjaga kestabilan moneter
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kebijakan ini meliputi:
Kebijakan ini meliputi:
a.
Politik diskonto, dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara
menaikan
suku
bunga bank, hal ini diharapkan permintaan kredit akan
berkurang.
b.
Operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual
SBI
c.
Menaikan cadangan kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank umum
menjadi
berkurang
d.
Kredit selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan
cara memperketat pemberian kredit
e.
Politik sanering, ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah
dilakukan
BI
pada
tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang
dari Rp.1.000 menjadi Rp.1
2. Kebijakan Fiskal, dapat dilakukan dengan cara:
a.
menaikkan tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang lebih banyak kepada
pemerintah
sebagai pembayaran pajak, sehingga dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
b.
Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah
c.
Mengadakan pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong gaji
pegawainegeri 10%
untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde
lama.
3. Kebijakan Non Moneter, dapat dilakukan melalui:
a.
Menaikan hasil produksi, Pemerintah memberikan subsidi kepada industri untuk
lebihproduktif
dan menghasilkan output yang lebih banyak, sehingga harga akan
menjadi turun.
b.
Kebijakan upah, pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk tidak
memintakenaikan
upah disaat sedang inflasi.
c.
Pengawasan harga, kebijakan pemerintah dengan menentukan harga maksimum
bagi barang- barang tertentu.
DAMPAK
a. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
a. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
b. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada Pengusaha kecil).
c. Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
CONTOH NEGARA YANG MENGALAMI INFLASI
Inflasi
saat ini tak hanya melanda Indonesia belaka. Se-antero dunia pun saat ini
sedang menghadapi gelombang pasang inflasi. Fenomena yang demikian ini
diakibatkan ulah lonjakan harga minyak maupun komiditas lainnya dan tak lepas
juga komoditas pangan. Kondisi yang demikian ini ditambah lagi peranan hedge-fund dan
spekulan komoditas yang turut mendorong kenaikan harga.
Di dunia, sepertiga negara-negara berkembang rata-rata sudah
pernah mengalami tingkat inflasi yang berada pada posisi dua digit, bahkan
dibeberapa negara sudah mengalamihiperinflasi.
Vietnam, Venezuela dan Pakistan adalah contoh negara yang mengalami
inflasi yang cukup parah di mana tingkat inflasi mencapai 20% bahkan Zimbabwe
sampai-sampai tak sanggup mengendalikan inflasinya sehingga diambi kebijakan
harus memotong 10 angka nol di mata uangnya, seperti 10 Milyar menjadi 1, dalam
hitungan persen inflasinya didapat 2,2 juta%! Wouw suatu rekor dalam sejarah
dunia.
Menurut catatan Bank Dunia, lonjakan harga berjamaah ini
pernah terjadi pada tahun 1973. di tahun itu, hampir semua komoditas bak
berikrar untuk naik harga secara bersama-sama. Kenaikan harga-harga ini secara
otomatis menjadi pukulan telak bagi kelompok miskin, kelompok yang paling
rentan terhadap lonjakan harga. Besarnya permintaan dan kurangnya penawaran,
terutama untuk bahan pangan telah manjadikan masalah ini menjadi masalah global.
Dua negara yang paling berjubel penduduknya, India dan China
mengeluarkan kebijakan melarang ekspor beras demi mengamankan pasokan dalam
negeri. Sekedar menaikkan pajak ekspor tidak terlalu jitu untuk kondisi seperti
sekarang ini. Di sisi lain, negara pengimpor beras, seperti Filipina dan
Indonesia, mengadakan tender besar-besaran untuk impor beras. Hal ini mendorong
harga komoditas lebih suka bertengger di atas.
Kenapa kondisi seperti ini bisa terjadi? Diduga, kebijakan
negara maju yang merangsang produksi biofuel sebagai pengganti bahan
bakar fosil, dalam rangka mengantisipasi global warming, dengan cara
pemberian subsidi, membatasi ekspor, dan mewajibkan penggunaanbiofuel di
dalam negeri, telah memicu konversi secara besar-besaran penggunaan komoditas pangan
untuk bahan bakar nabati. Komoditas yang tadinya di konsumsi sebagai makanan,
sekarang digunakan untuk menjalankan mesin. Di Amerika Serikat sendiri, 40%
produksi jagung dialokasikan untuk pembuatan etanol.
Inflasi diIndonesia
Di Indonesia, bila dirunut ke belakang, lonjakan harga saat
ini bukanlah yang terparah. Coba tengok ke belakang di zaman orde lama
bahkan lebih parah lagi, besaran ratusan persen seolah telah menjadi hal yang
biasa. Sepertinya inflasi tinggi telah menjadi teman karib.
Tanggal 5 Agustus 2008, Bank Indonesia sudah berusaha
mengekang inflasi dengan cara menaikkan BI rate menjadi 9%, setelah berhasil
dikerek turun 8%.
Tetapi sebandingkah kenaikan BI rate ini dengan inflasi,
karena sejatinya yang terjadi adalah inflasi dari luar (imported inflation),
jika dibandingkan tahun 2005, setelah kenaikan BBM, BI mengerek suku bunga dari
8.25 - 12.75 % hanya dalam waktu 4 bulan saja. Tetapi sekarang, suku bunga naik
dengan santai di kisaran 0.25 persen per bulan, kalah banter dengan inflasi.
Gubernur Bank Sentral, Budiono dalam Rapat Dewan Gubernur
(RDG) Bank Indonesia pada tanggal 5 Agustus 2008 mengatakan
:
“Inflasi pada 2008 kemungkinan akan meningkat pada kisaran
11,5-12,5% (yoy). Namun kami memperkirakan bahwa dengan berbagai kebijakan yang
telah dan akan dilakukan, baik oleh Bank Indonesia maupun Pemerintah, inflasi
akan kembali mengarah ke satu digit di tahun 2009 pada kisaran 6,5%±1%. Bank
Indonesia akan memfokuskan pada upaya meredam dampak tidak langsung dari
kenaikan harga BBM dan pangan”
Di depan mata tampak bulan puasa, Lebaran, dan Natal,
penyumbang rutin inflasi tahunan. Periode Juli - Desember biasanya lebih tinggi
dari Januari - Juni. Dengan hitungan yang sederhana saja, maka inflasi tahun
2008 sepertinya akan melewati target pemerintah, diperkirakan akan berada pada
kisaran 15%.
sumber
No comments:
Post a Comment