Wednesday 12 October 2011

Laju Pertumbuhan Penduduk Di Indonesia Meningkat

Seperti yang kita ketahui laju pertumbuhan penduduk di Indonesia meningkat hal ini disebabkan Ledakan jumlah penduduk yang akan membawa berbagai dampak buruk mengancam Indonesia jika laju pertumbuhannya tidak segera dikendalikan dengan serius.

 "Menurut hasil sensus penduduk 2010, Indonesia menunjukkan gejala ledakan penduduk," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Sugiri Syarif.
Jumlah penduduk Indonesia saat ini tercatat 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49 persen. Jika laju pertumbuhan penduduk tetap pada angka itu, pada 2045 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 450 juta jiwa.
Jumlah itu bisa saja terjadi karena saat ini jumlah anak yang diinginkan oleh keluarga Indonesia lebih tinggi dari tingkat fertilitas 2,6 persen per ibu.
"Umumnya kalau ditanya mereka mengatakan ingin mempunyai anak lebih dari tiga, antara empat sampai lima, dan kalau itu dilakukan sudah pasti fertilitasnya naik dan akan berpengaruh pada laju pertambahan penduduk," katanya.
Pertumbuhan penduduk 1,49 persen jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ideal untuk Indonesia yang hanya 0,5 persen.
Menurut Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia Sonny Harry Harmadi, ancaman ledakan penduduk menjadi nyata karena hasil sensus penduduk 2010 menunjukkan laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi dari asumsi 1,3 persen.
Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana pada masa pemerintahan Presiden Suharto, Haryono Suyono mengatakan, ancaman ledakan penduduk Indonesia saat ini lebih besar dibanding 1970-an.
"Sekarang jumlah penduduk di bawah 15 tahun sekitar 60-65 juta jiwa tapi penduduk 15-60 tahun sekitar 150 juta," katanya.
Jika penduduk dewasa ini subur dan masing-masing mempunyai anak satu saja, jumlah anak yang dilahirkan oleh keluarga muda ini sudah dua atau tiga kali dari jumlah anak yang dilahirkan keluarga muda pada 1970.
Menurut Haryono, anak-anak yang dilahirkan sekarang jauh lebih sehat dibanding kondisi 1970 sehingga tingkat kematian anak menurun drastis di bawah 50 persen, dan dengan sendirinya mereka akan menambah jumlah penduduk dengan kecepatan jauh lebih tinggi.
Ledakan jumlah penduduk akan membawa berbagai dampak buruk seperti sampah, banjir, kemacetan lalu lintas, kesulitan akses air bersih, pengangguran, pendidikan, kesehatan, dan krisis pangan.
Menurut Perwakilan Ikatan Perstatistikan Indonesia (ISI) Amarsyah Tambunan, ledakan jumlah penduduk juga dapat berimplikasi pada penyediaan energi dan lahan permukiman serta meningkatkan degradasi sumber daya alam dan lingkungan.
"Jumlah penduduk yang besar bukan sekadar jadi masalah ekonomi, tapi juga terkait dengan masalah persoalan politik dan idiologi," katanya.
Selain itu, ledakan jumlah penduduk dengan pertumbuhan yang pesat juga berpotensi mengakibatkan perpecahan bangsa seperti yang dialami Uni Soviet dan Yugoslavia.
Langkah pengendalian
Mengingat berbagai dampak buruk tersebut, pemerintah harus melakukan langkah pengendalian jumlah penduduk, serta upaya pengelolaan sumber daya manusia yang tepat sehingga jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi pembangunan, bukan menjadi beban negara.
Salah satu langkah yang bisa diambil adalah menggiatkan kembali program keluarga berencana yang mengendur selama beberapa tahun terakhir. Dengan program KB, laju pertambahan penduduk dapat dikendalikan.
Sonny Harry Darmadi mengusulkan pemerintah memberikan hadiah kepada keluarga yang memiliki dua anak. "Mindset masyarakat harus diubah, yaitu memiliki hanya dua anak itu lebih baik," katanya.
Pemerintah sendiri sudah berupaya meningkatkan infrastruktur layanan program KB termasuk sarana dan prasarana klinik.
Menurut Sekretaris Utama BKKBN Sudibyo Alimoeso, pada 2010 BKKBN memperbaiki dan membangun 23.500 klinik KB. Pada 2011, pemerintah juga bakal melatih 35 ribu bidan dan 10.353 dokter umum agar dapat memberikan pelayanan KB dengan alat kontrasepsi IUD.
Selain dengan program KB, pemerintah perlu mengatisipasi masalah yang dapat ditimbulkan oleh ledakan jumlah penduduk dengan menciptakan banyak lapangan kerja, meningkatkan pendidikan penduduk, meningkatkan pemerataan penduduk dengan transmigrasi, dan meningkatkan produksi pangan.
Untuk mengatisipasi ledakan penduduk, pemerintah menyusun desain induk kependudukan yang meliputi aspek kualitas, kuantitas, pembangunan keluarga, mobilitas dan administrasi penduduk. "Saat ini desain induk masih pada tahap penyusunan dan pembahasan," kata Kepala BKKBN Sugiri Syarief.
Apa pun langkah dan upaya yang dilakukan pemerintah, hasilnya tidak akan optimal tanpa partisipasi masyarakat. Karena itu, semua komponen bangsa wajib turut mencegah ledakan penduduk. Ledakan jumlah penduduk yang akan membawa berbagai dampak buruk mengancam Indonesia jika laju pertumbuhannya tidak segera dikendalikan dengan serius.
"Menurut hasil sensus penduduk 2010, Indonesia menunjukkan gejala ledakan penduduk," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Sugiri Syarif.
Jumlah penduduk Indonesia saat ini tercatat 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49 persen. Jika laju pertumbuhan penduduk tetap pada angka itu, pada 2045 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 450 juta jiwa.
Jumlah itu bisa saja terjadi karena saat ini jumlah anak yang diinginkan oleh keluarga Indonesia lebih tinggi dari tingkat fertilitas 2,6 persen per ibu.
"Umumnya kalau ditanya mereka mengatakan ingin mempunyai anak lebih dari tiga, antara empat sampai lima, dan kalau itu dilakukan sudah pasti fertilitasnya naik dan akan berpengaruh pada laju pertambahan penduduk," katanya.
Pertumbuhan penduduk 1,49 persen jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ideal untuk Indonesia yang hanya 0,5 persen.
Menurut Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia Sonny Harry Harmadi, ancaman ledakan penduduk menjadi nyata karena hasil sensus penduduk 2010 menunjukkan laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi dari asumsi 1,3 persen.
Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana pada masa pemerintahan Presiden Suharto, Haryono Suyono mengatakan, ancaman ledakan penduduk Indonesia saat ini lebih besar dibanding 1970-an.
"Sekarang jumlah penduduk di bawah 15 tahun sekitar 60-65 juta jiwa tapi penduduk 15-60 tahun sekitar 150 juta," katanya.
Jika penduduk dewasa ini subur dan masing-masing mempunyai anak satu saja, jumlah anak yang dilahirkan oleh keluarga muda ini sudah dua atau tiga kali dari jumlah anak yang dilahirkan keluarga muda pada 1970.
Menurut Haryono, anak-anak yang dilahirkan sekarang jauh lebih sehat dibanding kondisi 1970 sehingga tingkat kematian anak menurun drastis di bawah 50 persen, dan dengan sendirinya mereka akan menambah jumlah penduduk dengan kecepatan jauh lebih tinggi.
Ledakan jumlah penduduk akan membawa berbagai dampak buruk seperti sampah, banjir, kemacetan lalu lintas, kesulitan akses air bersih, pengangguran, pendidikan, kesehatan, dan krisis pangan.
Menurut Perwakilan Ikatan Perstatistikan Indonesia (ISI) Amarsyah Tambunan, ledakan jumlah penduduk juga dapat berimplikasi pada penyediaan energi dan lahan permukiman serta meningkatkan degradasi sumber daya alam dan lingkungan.
"Jumlah penduduk yang besar bukan sekadar jadi masalah ekonomi, tapi juga terkait dengan masalah persoalan politik dan idiologi," katanya.
Selain itu, ledakan jumlah penduduk dengan pertumbuhan yang pesat juga berpotensi mengakibatkan perpecahan bangsa seperti yang dialami Uni Soviet dan Yugoslavia.
Langkah pengendalian
Mengingat berbagai dampak buruk tersebut, pemerintah harus melakukan langkah pengendalian jumlah penduduk, serta upaya pengelolaan sumber daya manusia yang tepat sehingga jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi pembangunan, bukan menjadi beban negara.
Salah satu langkah yang bisa diambil adalah menggiatkan kembali program keluarga berencana yang mengendur selama beberapa tahun terakhir. Dengan program KB, laju pertambahan penduduk dapat dikendalikan.
Sonny Harry Darmadi mengusulkan pemerintah memberikan hadiah kepada keluarga yang memiliki dua anak. "Mindset masyarakat harus diubah, yaitu memiliki hanya dua anak itu lebih baik," katanya.
Pemerintah sendiri sudah berupaya meningkatkan infrastruktur layanan program KB termasuk sarana dan prasarana klinik.
Menurut Sekretaris Utama BKKBN Sudibyo Alimoeso, pada 2010 BKKBN memperbaiki dan membangun 23.500 klinik KB. Pada 2011, pemerintah juga bakal melatih 35 ribu bidan dan 10.353 dokter umum agar dapat memberikan pelayanan KB dengan alat kontrasepsi IUD.
Selain dengan program KB, pemerintah perlu mengatisipasi masalah yang dapat ditimbulkan oleh ledakan jumlah penduduk dengan menciptakan banyak lapangan kerja, meningkatkan pendidikan penduduk, meningkatkan pemerataan penduduk dengan transmigrasi, dan meningkatkan produksi pangan.
Untuk mengatisipasi ledakan penduduk, pemerintah menyusun desain induk kependudukan yang meliputi aspek kualitas, kuantitas, pembangunan keluarga, mobilitas dan administrasi penduduk. "Saat ini desain induk masih pada tahap penyusunan dan pembahasan," kata Kepala BKKBN Sugiri Syarief.
Apa pun langkah dan upaya yang dilakukan pemerintah, hasilnya tidak akan optimal tanpa partisipasi masyarakat. Karena itu, semua komponen bangsa wajib turut mencegah ledakan penduduk.

sumber

No comments:

Post a Comment