Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada
pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti
kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi
kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan
dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini
membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Kriteria Diksi
Pemakaian kata mencakup dua masalah pokok, yakni
pertama, masalah ketepatan memiliki kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan
atau ide. Kedua, masalah kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata
tersebut.
Menurut keraf (2002 : 87) “Ketepatan pilihan kata
mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang
tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau
dirasakan oleh penulis atau pembaca”. Masalah pilihan akan menyangkut makna
kata dan kosakatanya akan memberi keleluasaan kepada penulis, memilih kata-kata
yang dianggap paling tepat mewakili pikirannya. Ketepan makna kata bergantung
pada kemampuan penulis mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan
referennya.
Seandainya kita dapat memilih kata dengan tepat,
maka tulisan atau pembicaraan kita akan mudah menimbulkan gagasan yang sama
pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dirasakan atau dipikirkan
oleh penulis atau pembicara. Mengetahui tepat tidaknya kata-kata yang kita gunakan,
bisa dilihat dari reaksi orang yang menerima pesan kita, baik yang disampaikan
secara lisan maupun tulisan. Reaksinya bermacam-macam, baik berupa reaksi
verbal, maupun reaksi nonverbal seperti mengeluarkan tindakan atau perilaku
yang sesuai dengan yang kita ucapkan. Agar dapat memilih kata-kata yang tepat,
maka ada beberapa syarat yang harus diperhatikan berikut ini.
A. Kita harus bisa membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif; bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya, seperti :bawa-bawah, koorperasi-korporasi, interfensi-interferensi, dan
B. Hindari kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata orang terkenal yang belum diterima di masyarakat.
C. Waspadalah dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti :Kultur-kultural, biologi-biologis, idiom-idiomatik, strategi-strategis, dan lain-lain
D. Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunbakan secara idiomatik, seperti kata ingat harus ingat akan bukan ingat terhadap, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi, takut akan bukan takut sesuatu.
E. Kita harus membedakan kata khusus dan kata umum.
F. Kita harus memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
G. Kita harus memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
A. Kita harus bisa membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif; bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya, seperti :bawa-bawah, koorperasi-korporasi, interfensi-interferensi, dan
B. Hindari kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata orang terkenal yang belum diterima di masyarakat.
C. Waspadalah dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti :Kultur-kultural, biologi-biologis, idiom-idiomatik, strategi-strategis, dan lain-lain
D. Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunbakan secara idiomatik, seperti kata ingat harus ingat akan bukan ingat terhadap, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi, takut akan bukan takut sesuatu.
E. Kita harus membedakan kata khusus dan kata umum.
F. Kita harus memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
G. Kita harus memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
Macam-Macam
Diksi
A. Sinonimi adalah kata-kata yang memiliki
makna yang sama.
Contoh:
• sayang bersinonim kasih
B. Antonimi adalah dua buah kata yang maknanya “dianggap” berlawanan.
Contoh:
• Bagus berantonim dengan jelek.
C. Homonimi adalah dua buah kata atau lebih yang sama bentuknya tetapi maknanya berlainan.
D. Polisemi. adalah suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu
Contoh:
• sayang bersinonim kasih
B. Antonimi adalah dua buah kata yang maknanya “dianggap” berlawanan.
Contoh:
• Bagus berantonim dengan jelek.
C. Homonimi adalah dua buah kata atau lebih yang sama bentuknya tetapi maknanya berlainan.
D. Polisemi. adalah suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu
Contoh:
• Saya masih punya hubungan darah
dengan keluarga Bu Rani (darah=kesaudaraan)
E. Hiponomi adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain
Contoh:
• Ikan : tenggiri, hiu, tongkol, sepat, teri, pari, mas, nila dan sebagainya
E. Hiponomi adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain
Contoh:
• Ikan : tenggiri, hiu, tongkol, sepat, teri, pari, mas, nila dan sebagainya
No comments:
Post a Comment