Penalaran Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali
dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan
contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan
umum. Paragraf Induktis sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis.
Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi,
paragraf analogi,
paragraf sebab akibat bisa juga
akibat sebab. Penalaran Induktif adalah panalaran yang memberlakukan atribut-atribut khusus
untuk hal-hal yang bersifat umum (Smart,1972:64). Penalaran ini lebih banyak
berpijak pada observasi inderawi atau empiri. Dengan kata lain penalaran
induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat
individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.(Suriasumantri,
1985:46). Inilah alasan eratnya kaitan antara logika induktif dengan istilah
generalisasi.
Ada dua macam Induksi adalah sebagai berikut :
a. Induksi sempurna
Jika putusan umum itu merupakan penjumlahan dari putusan khusus, maka Induksi itu sempurna misalnya : Jika dari masing-masing Mahasiswa pada suatu Fakultas, diketahui bahwa ia warga Negara Indonesia. Maka dapat diadakan putusan (umum) semua Mahasiawa Fakultas itu warga Negara Indonesia.
b. Induksi tidak Sempurna
Jika putusan umum dari Induksi yang bukan merupakan penjumlahan, melainkan seakan-akan loncatan dari yang khusus kepada yang umum, itulah Induksi yang tidak sempurna.
Jenis
Paragraf Induktif
1. Generalisasi
Pada generalisasi tersebut,peristiwa yang kita
kemukakan harus memadai agar yang kita tarik adalah kesimpulan yang terpercaya
suatu kebenarannya.
Generalisasi adalah adalah suatu pola pengembangan
paragraf yang bertolak dari sejumlah fakta khusus yang memiliki kemiripan
menuju sebuah kesimpulan. Kesimpulan generalisasi didahului dengan penalaran
generalisasi. Penalaran generalisasi pun dapat digunakan untuk mengembangkan
paragraf. caranya penulis lebih dulu menyajikan sejumlah peristiwa khusus dalam
bentuk kalimat.Kemudian pada bagian akhir paragraf itu diakhiri dengan kalimat
yang berisi generalisasi dari peristiwa khusus yang telah disebutkan pada
bagian awal. Kalimat terakhir biasanya berisi gagasan utama paragraf..
Jenis-jenis
penalaran induktif adalah :
Contoh:
Ade adalah tentara yang mempunyai tubuh gagah
Bari adalah tentara yang mempunyai tubuh gagah
Generalisasi: semua tentara mempunyai tubuh gagah
Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta.Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.
1.Generalisasi Sempurna adalah generalisasi dimana
seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki semua,
Contoh:
-Semua bulan masehi mempunyai hari tidak lebih dari
31 hari.
2.Generalisasi tidak sempurna adalah merupakan
generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki
diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
-Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia
adalah menusia yang suka bergotong-royong
-Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi juga bisa dibedakan dari segi bentuknya
ada 2, yaitu : loncatan induktif dan yang bukan loncatan induktif. (Gorys
Keraf, 1994 : 44-45)
1. Loncatan Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap
bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan
seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut atau proposisi yang digunakan
itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan.
Contoh : Sisa suka berenang.Deni juga suka
berenang.Reni suka main bola.Teti suka main bulutangkis.Dapat disimpulkan bahwa
anak-anak komplek bahari suka olahraga.
2. Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan
cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang
kembali. Misalnya, untuk menyelidiki bagaimana sifat-sifat orang Indonesia
pada umumnya, diperlukan ratusan fenomena untuk menyimpulkannya.
Contoh: Rika suka bermain bola basket.Rino juga suka
bermain bola basket.Tino suka bermain sepak bola.Jadi dapat disimpulkan ke tiga
anak tersebut menyukai permainan bola.
2. Analogi
merupakan pola penyusunan paragraf berupa
perbandingan dari dua hal yang mempunyai sifat sama.
Pengembangan paragraf secara analogi ini didasarkan adanya anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam hal yang lain.
Pengembangan paragraf secara analogi ini didasarkan adanya anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam hal yang lain.
Tujuan dari penalaran secara analogi yakni ;
~ Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
~ Analogi dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.
~ Analogi dilakukan untuk menyusun klasifikasi.
~ Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
~ Analogi dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.
~ Analogi dilakukan untuk menyusun klasifikasi.
Contoh : Para atlet memiliki latihan fisik yang keras guna membentuk otot-otot yang kuat dan lentur. Demikian juga dengan tentara, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat. Keduanya juga membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun melawan musuh-musuh di lapangan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus memiliki fisik dan mental yang kuat.
3. Kausal
pola penyusunan paragraf dengan menggunakan beberapa
fakta yang mempunyai pola hubungan sebab-akibat..Dalam kaitannya dengan
hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut:
1) Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping
ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek
dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran
seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada
suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang nyata.
2) Akibat sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa
seseorang yang pergi ke dokter. Kedokter merupakan akibat dan sakit merupakan
sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis
akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupaka simpulan.
3) Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang
menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu
akibat yang lain.
Contoh:
* Para atlet memiliki latihan fisik yang keras
guna membentuk otot-otot yang kuat dan lentur. Demikian juga dengan tentara,
mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat. Keduanya juga
membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun melawan musuh-musuh di
lapangan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus memiliki fisik
dan mental yang kuat.
*Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah
di halamannya becek, ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang
rumahnya pasti basah. Dalam kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan yaitu hari
hujan.
Sumber
http://www.uklis.net/2013/11/pengertian-dan-contoh-paragraf-induktif.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/definisi-penalaran-induktif-dan-contohnya/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/definisi-penalaran-induktif-dan-contohnya/